"Niat" dan "ayem tentrem". Dua kata tersebut bukanlah kata-kata biasa. Dua kata tersebut akan sering Anda jumpai di berbagai sudut di Gresik. Dua kata itu bukan tanpa makna. Ya, dua kata itu adalah slogan yang dipakai oleh dua calon bupati Gresik yang akan bertarung di Pilkada Kabupaten Gresik bulan Desember mendatang.
Sejak akhir bulan lalu, sudut-sudut warung
kopi menjadi tempat diskusi yang semakin gayeng dengan datangnya pesta
demokrasi di Kota Pudak ini. Momen yang spesial bagi seluruh warga Gresik untuk
menentukan pilihan siapa yang akan memimpin dan membawa Gresik lima tahun
mendatang.
Pilihan ada di tangan kita. Setiap kita
berhak memilih diantara dua pilihan yang ada. Pilihan itu antara Fandi Ahmad
Yani-Aminatun Habibah yang memiliki slogan "niat" dengan isu utamanya adalah
menginginkan adanya perubahan untuk Gresik atau Muhammad Qosim-Asluchul Alif
yang memiliki slogan "ayem tentrem".
Kita sebagai warga negara yang baik
haruslah ikut serta dalam pesta demokrasi ini. Namun, menentukan siapa yang
akan kita pilih tentu tidaklah mudah. Untuk itu, kita bisa mempelajari
bagaimana sebenarnya dua pasangan calon pemimpin kita ini.
Baiklah, untuk kali pertama, ayo kita
lihat bagaimana profil dari Pak Qosim dan Dokter Alif ini, ya.
Sekitar 10 tahun lalu Pak Qosim mencalonkan
diri menjadi wakil bupati Gresik mendampingi Pak Sambari, jujur saya sangat
bangga. Mengapa? Ya, karena Pak Qosim adalah kepala sekolah tempat saya
belajar. Sekitar tahun 2000, beliau datang ke Gresik dan menjabat sebagai
Kepala SMA Negeri 1 Gresik. Karir beliau pun merangkak naik menjadi Kepala
Dinas Pendididikan di Gresik. Perjalanan karirnya semakin mulus ketika beliau
berdekatan dengan Bupati Gresik yang kala itu dijabat oleh Kyai Robbach Maksum.
Pak Qosim juga memiliki kedekatan dengan para guru di Gresik. Beliau bisa
mengambil hati para guru. Dengan gayanya yang khas, beliau mampu memikat hati
para guru taman kanak-kanak. Beliau mampu menjadi sosok pemimpin yang mumpuni.
Ini bisa dilihat saat beliau berpidato di depan khayalak. Pun, selama
mendampingi Pak Sambari, banyak prestasi yang ditorehkan untuk Gresik.
Kelebihan Pak Qosim ini tentunya memiliki celah. Salah satunya adalah beliau
bukan merupakan putra daerah asli dari Gresik. Beliau datang dari Kota Lamongan.
Putra asli Lamongan. Tentu, para putra asli Gresik akan merasa lebih bangga
ketika mereka dipimpin oleh orang 'asli' Gresik.
Kecemburuan semakin menyeruap
ketika dalam suatu kesempatan, Pak Qosim menyampaikan kebanggaannya kepada
Persela Lamongan di depan khayalak umum. Pun ditambahi penegasan bahwa beliau
adalah salah satu putra terbaik Lamongan. Bagi sebagian orang, pernyataan itu
membuat meradang. Dedikasi yang tinggi telah Pak Qosim buktikan selama kurun 10
tahun. Bagi sebagian orang, waktu 10 tahun tentulah terlalu lama. Tidak banyak
perubahan yang signifikan untuk Gresik. Tapi, bagi Pak Qosim yang usianya kini
lebih dari 60 tahun, ingin kembali membuktikan bahwa Gresik akan lebih baik,
Gresik akan ayem tentrem dibawah kepemimpinannya bersama Dokter Alif. Seorang dokter yang lebih tertarik dengan
dunia politik daripada dunia keprofesiannya sendiri dengan menjadi ketua umum
partai politik. Dokter muda yang mampu membangun rumah sakit yang cukup besar
di wilayah Gresik Utara. Dengan jiwa muda dan kreativitasnya meyakinkan warga
Gresik bahwa mereka pantas untuk dipilih.
Nah, bagaimana dengan pasangan kedua? Nama
Fandi Ahmad Yani mulai santer terdengar sejak beliau mulai mencalonkan diri
menjadi anggota legislatif dari daerah pilihan Cerme dan Duduk Sampeyan dari
sebuah partai politik terbesar di Gresik. Fandi, seorang anak muda yang
milyader. Dengan dukungan orang tuanya yang memiliki bisnis besar bernama Yani
Putra, dia dengan mudah melenggang ke kantor DPRD Gresik. Sebagai pendatang
baru di anggota legislatif daerah, Fandi bahkan mampu menduduki kursi Ketua
DPRD II. Sebuah langkah besar yang mampu diraih oleh Fandi yang belum genap
berusia 40 tahun. Rupanya sebagai pendatang baru di kancah perpolitikan, Fandi
tidak berpuas diri sebagai anggota legislatif. Dia dengan berani dan percaya
diri maju menjadi calon bupati Gresik. Menantu dari Gus Ali ini mendapat
dukungan penuh dari para kyai di Gresik. Begitu, dia mempromosikan dirinya.
Dengan mengusung tema perubahan, Fandi meyakinkan warga bahwa Gresik butuh
sosok pemimpin muda yang lebih baik, yang akan membawa Gresik lebih maju dari
sebelumnya. Sebagai pendatang baru, cara berkomunikasi Fandi mungkin masih
di bawah para pendahulunya. Kesan smart belum terasa saat beliau menyampaikan
pidato atau sambutan. Kesan anak muda yang berani ini lah yang dia tonjolkan.
Dengan menggandeng Bu Min, Fandi mendaftarkan diri menjadi calon bupati Gresik
di KPUD Gresik akhir bulan lalu. Sosok Aminatun Habibah yang akrab disapa Bu
Min ini belum begitu akrab terdengar oleh kebanyakan warga Gresik. Sedikit
tentang pasangan yang digandeng Fandi ini adalah beliau adalah keturunan salah
satu kyai besar di Gresik. Untuk sepak terjang di dunia perpolitikan, masih
minim info tentang perempuan berkaca mata ini.
Demikian, profil singkat dua calon bupati
yang akan bertarung di Pilkada Gresik beberapa bulan lagi. Profil tentang
mereka masih sangatlah minim adanya. Maka, tetaplah mencari tahu
dengan membaca, dan berdiskusi sehingga
wacana tentang siapa yang akan kita pilih akan mantab adanya.
Satu lagi, bahwa pilihan boleh berbeda,
tapi persatuan, dan persaudaraan harus tetap dijaga. Jangan hanya karena
berbeda pilihan lantas memutuskan ukhuwah diantara kita. Terakhir, bahwa ketika
memilih tidak hanya sekedarnya. Ada tanggung jawab besar dibaliknya. Setidaknya
pula kita memilih bukan karena uang semata, atau karena kedekatan khusus atau
berbagai alasan lainnya. Belajar berpolitik adalah tugas setiap kita karena
Islam adalah agama yang syumul, menyeluruh. Dunia politik salah satu di dalamnya.
Pilihlah pemimpin Anda dengan cermat. Itu
poin pentingnya.
Penulis: Nuryum Saidah
Editor: Rafif Amir
Cancel