Ustaz Abdul Somad (UAS) enggan menanggapi pernyataan Puan Maharani yang memicu polemik saat diundang ILC Selasa malam (8/9).
"Tidak ada yang paling mengerti tentang suatu teks kecuali orang yang mengucapkannya atau menuliskannya," katanya melalui video conference.
UAS hanya menerangkan bahwa orang Minangkabau sangat pancasilais.
"(terkait sila ketuhanan yang mahaesa) Minangkabau tidak hanya bertuhan, mereka justru membuat orang yang tidak mengenal Tuhan menjadi bertuhan," tegas UAS.
Lalu tentang sila kemanusiaan, UAS mengatakan orang Minangkabau sangat peduli kemanusiaan. Buktinya, orang yang diajak bekerja di restoran tidak dianggap kuli tapi dianggap sebagai saudara, dan mendapatkan bagi hasil.
"Tentang persatuan Indonesia. Masalah diplomasi tidak ada yang lebih hebat dari diplomasi Agus Salim. Masalah ekonomi, ada bapak koperasi Indonesia, Bung Hatta. Masalah agama, jangan ditanya lagi. Prestasinya internasional, Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabau yang menjadi imam di masjidil haram," papar UAS.
UAS melanjutkan, bahwa Universitas Al-Azhar juga memberikan gelar doktor honoris causa kepada dua orang Minangkabau, yakni Hamka dan ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah.
Tentang masalah musyawarah. UAS mengatakan orang Minangkabau tidak mengambil keputusan sendiri. "Duduk sendiri terasa sempit, duduk bersama terasa lapang. Orang Minangkabau mengutamakan musyawarah mufakat," tandasnya.
Terakhir, tentang keadilan sosial. UAS mengatakan perempuan Minangkabau tidak mengalami diskriminasi. Mereka mengutamakan keadilan dalam memberikan hak kepada perempuan.
"Orang Minangkabau tidak pemarah. Tidak pendendam," lanjut UAS.
Ia mengisahkan Muhamamd Yamin dan Buya Hamka yang berdebat keras, tapi ketika akhir hidupnya, Muhammad Yamin mengatakan agar jenazahnya dibawakan oleh Buya Hamka ke kampung halaman.
Pencerahan dari UAS benar-benar banyak membuka mata banyak orang tentang Minangkabau. UAS seolah mengatakan, tidak mungkin orang Minangkabau menjadi antipancasila, justru mereka telah sejak lama mengamalkan Pancasila.
Segala pernyataan dan stigma yang seolah-olah mengatakan orang Minangkabau kurang Pancasilais adalah tuduhan tidak berdasar dan mungkin kurang memahami sejarah dengan benar.
Polemik pernyataan Puan hendaknya menjadi pelajaran bagi siapa pun, khususnya para pemimpin politik, agar berhati-hati ketika menyebut rakyat atau masyarakat daerah tertentu dalam orasinya.
Seperti kata Anhar Gonggong, pahami dulu psikologi masyarakatnya, pahami dulu budayanya. Agar tak menimbulkan polemik seperti yang terjadi saat ini.
Puan hendaknya belajar banyak dari kakeknya, bagaimana cara berorasi yang menggugah semangat tanpa melukai hati.
Penulis: Rafif Amir
Editor: Rafif Amir
Cancel