Peneliti dari Australian National University (ANU), Prof Greg Fealy menyebut pemerintahan Jokowi dalam kurun empat tahun terakhir bertindak represif terhadap umat Islam.
Buah pemikiran Greg Fealy itu dimuat di East Asia Forum
(27/9/2020). Artikel tersebut diambil dari makalah Greg yang berjudul
"Jokowi in the COVID-19 Era: Repressive Pluralism, Dynasticism and
Over-Bearing State".
Greg yang memang telah lama menaruh minat pada kajian politik
dan Islam di Indonesia itu mengungkap, bahwa aturan pelarangan cadar dan celana
cingkrang di kalangan ASN adalah bukti pengekangan terhadap kaum Islamis untuk
mengekspresikan keberagamaan mereka.
Menurut Greg, tindakan itu mungkin saja membuat senang negeri
tetangga, termasuk Australia. Namun ia mengingatkan, bahwa kebijakan itu dapat
merusak demokrasi dan mengikis hak asasi manusia.
Lebih jauh Greg menambahkan, bahwa ada sejumlah ASN yang masuk
dalam "pantauan" karena mengikuti atau aktif dalam kelompok-kelompok
Islam tertentu.
Proses skrining untuk menduduki posisi-posisi strategis, kata
Greg juga cukup ketat, dan mereka yang memiliki pandangan keislaman kuat
berusaha disingkirkan.
Menanggapi temuan-temuan Greg Fealy yang disertasinya berjudul
"Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952-1967", Wakil Menteri Agama
Zainut Tauhid mengatakan penelitian Greg sangat keliru. Pemerintahan Jokowi
menurutnya, justru sang peduli dan merawat dengan baik kerukunan antar umat
beragama.
Sementara itu, Ketua Alumni PA212, Slamet Maarif setuju dengan
artikel yang ditulis Greg. Selama ini, menurut Maarif, pemerintah melakukan
politik belah bambu terhadap umat Islam.
Sejumah Bukti
Pandangan Greg Fealy sudah tak perlu diperdebatkan. Karena
memang kenyataannya demikian. Sudah dapat dilihat dengan terang bagaimana sikap
pemerintah terhadap umat Islam. Jika pemerintah benar-benar memperhatikan
aspirasi umat Islam, maka tidak akan ada Aksi Bela Islam hingga berjilid-jilid.
Tidak akan ada 212 yang fenomenal hingga gaungnya terdengar oleh seluruh dunia.
Jika pemerintah adil terhadap umat Islam, maka tak mungkin HTI
dibubarkan sementara partai yang ingin mengubah Pancasila menjadi ekasila
dibiarkan. Tak mungkin sekelompok orang yang mempersekusi ulama dibiarkan. Tak
mungkin ulama-ulama ditangkapi dengan tuduhan yang dibuat-buat. Tak mungkin ada
ulama yang merasa tidak aman sehingga harus pergi dari negeri yang dicintainya.
Jujurlah saja. Memang begitu kenyataannya. Dibuatlah seolah-olah
semua yang Islami itu tidak nasionalis. Seolah-olah yang Islami itu radikal dan
teroris. Pikiran menyesatkan seperti itu ditanamkan perlahan. Sehingga kemudian
umat Islam menjauhi Islam, karena takut dikira berseberangan dengan pemerintah.
Sehingga kemudian mereka memaksakan diri menggeser haluan dari kanan ke tengah,
lalu ke kiri.
Itu bagian dari strategi sekularisasi. Sudahlah, tinggalkan
atribut-atribut dan simbol Islam. Tinggalkan dakwah agar tidak ditusuk atau
dibunuh orang gila. Biarlah yang berdakwah hanya yang bersertifikat. Lalu ketika
nyala dakwah mulai redup, saat itulah umat Islam benar-benar terlelap.
Benar-benar lenyap.
Penulis: Rafif Amir
Editor: Rafif Amir
Cancel