Untuk mengisi
waktu kegiatan sore hari dengan membaca sejarah, menemukan cerita yang belum
pernah saya baca sama sekali, mengenai wilayah Porong. Apakah ini ada
hubungannya dengan luapan lumpur panas lapindo? Entahlah, saya juga tidak tahu.
Kejadian ini masih
misteri, ketika Kerajaan Majapahit memusatkan kekuatannya di wilayah yang sama
dengan zaman Raja Erlangga. Di seputar terusan kali Porong versi Begawan pujangga,
Rakryan Vadia Andika, yang konon beliau saat itu telah berusia satu setengah abad,
tatkala Prabu Hayam Wuruk yang telah mangkat sekira baru selama 1000 hari,
seluruh bala tentara Majapahit disiagakan di lima titik kekuatan laut perairan
nusantara untuk menjaga serbuan dari Utara.
Mengapa wilayah
terusan kali Porong begitu penting bagi Majapahit dan Kahuripan? Singkat
cerita, wilayah kali Porong dulunya tandus. Sedangkan aliran sungai brantas
menuju laut Jawa melalui kali Mas selalu menimbulkan banjir. Wilayah yang
digenangi air dari sungai brantas ini tak jauh dari wilayah tandus.
Hal inilah yang
menjadi alasan Raja Erlangga mengerahkan segenap rakyatnya untuk membangun
terusan Porong yang bermuara di Selat Madura, selanjutnya sekitar wilayah
terusan itu menjadi tempat yang subur. Dengan maha karyanya ini, Raja Erlangga
dijuluki sebagai jelmaan Dewa Wishnu.
Sungai brantas
ini airnya bersumber dari Gunung Kelud. Dari cerita Begawan pujangga, diketahui
bahwa antara Kelud dengan wilayah Porong ada terusan atau terowongan bawah
tanah. Di terowongan ini mengalir gas alam dari perut bumi tepat tegak lurus di
bawah kawah Gunung Kelud. Gas inilah yang membuat daerah Porong semakin tandus
sebelum dibangun terusan Porong oleh Raja Erlangga.
Masih penasaran
dengan cerita Porong yang sangat fenomal? Believe it or not, let`s listen together
to understand this story. If you have other references, please share your views
to add the point of this story.
Cerita masih
versi dari Begawan pujangga, Rakryan Vadia Andika. Ternyata letak Kerajaan Kahuripan
berada di wilayah tandus dan menjadi subur karena terusan yang dibuat oleh Raja
Erlangga mengalir ke sungai brantas yang mengaliri wilayah tandus tersebut dan
terowongan bawah tanah dari Gunung Kelud hingga Porong. Selama beratus-ratus
tahun lamanya, telah mengendap ke bumi dan membentuk kolam air raksasa di bawah
tanah. Kolam raksasa ini dinamakan gas magma yang berasal dari perut bumi di
bawah Gunung Kelud.
Sejak zaman
kepemimpinan Raja Erlangga hingga Raja Hayam Wuruk, terusan Porong ini termasuk
wilayah yang genting karena merupakan daerah yang memiliki potensi bahaya.
Mungkin karena alasan ini pula, Raja Erlangga memindahkan Kerajaan Kahuripan ke
Gunung Emas di wilayah Kediri.
Apakah ini
sebuah jawaban tentang bencana yang muncul di wilayah Porong yang sampai saat
ini masih menyemburkan awan panas, walaupun intensitasnya sudah sangat
berkurang jauh dari beberapa tahun yang lalu?
Wallahu a`lam bisshawab.
Coba kita simak
lagi, Begawan pujangga juga pernah menceritakan bahwa suatu hari nanti (entah
itu kapan), wilayah genting ini, entah dengan cara apa, dan bagaimana
kejadiannya, akan terkubur. Di mana gas panas dari terowongan Gunung Kelud yang
mengaliri daerah ini, serta kolam besar bawah tanah akan membentuk uap panas
yang siap keluar dari perut bumi.
Wilayah terusan
Porong ini walaupun sudah ditinggal ratusan tahun oleh Raja Erlangga masih
tetap aman. Wilayah ini juga menarik bagi pendatang baru yang kasat mata maupun
tidak kasat mata.
Untuk
menanggulangi bencana yang kapan saja bisa muncul di wilayah ini, ternyata
leluhur Kahuripan juga telah mengajarkan bagaimana cara menanggulanginya. Cara
menanggulanginya harus pada saat yang tepat. Saat yang tepat di sini maksudnya
adalah saat Gunung Kelud meletus.
Dari ulasan
cerita ini, tentunya setiap pembaca mempunyai sudut pandang yang berbeda.
Mungkin ada yang memandang cerita ini sebagai ramalan, mitos atau takhayul yang
sifatnya klenik, yang tidak bisa diuji kebenarannya dengan metode ilmiah. Namun,
kadangkala pada kehidupan saat ini, ramalan menjadi sisi kehidupan yang nyata dan
tidak bisa kita abaikan. Sebagian ada yang meyakini ramalan kala itu, lahir
dari pengamatan mata batin Sang Peramal.
Mungkin pada
saat itu, si peramal meramalkan suatu kejadian bukan bermaksud untuk mendahului
kehendak Sang Pencipta. Namun, ramalan tersebut kelak bisa digunakan sebagai
tuntunan untuk lebih bersikap hati-hati dalam bertindak.
Semoga
bermanfaat dan senang membacanya sebagai hiburan mengisi waktu luang. Salam
sehat dan tetap semangat.
Editor : Fie R
Cancel